Survivor Polio Harus Hidup Pakai Paru-Paru Besi Selama 70 Tahun
Pria di Amerika Serikat jadi manusia terakhir di dunia yang hidup dengan paru-paru besi. Dia harus bertahan dengan paru-paru bantuan itu karena infeksi polio yang diidapnya sejak berusia 6 tahun.
Paul Alexander (77) telah menghabiskan seumur hidupnya di paru-paru besi, mengembangkan cara bernapasnya sendiri yang disebutnya 'pernapasan katak'. Paru-paru besi yang dipakai Paul menyerupai peti mati logam, mengharuskan pasien untuk berbaring di dalam, dengan perangkat diikat erat di leher.
Alat itu bekerja dengan menciptakan ruang hampa untuk secara mekanis menarik oksigen ke paru-paru bagi pasien yang sistem saraf pusat dan fungsi pernapasannya dirusak oleh polio.
Kisah Paul harus hidup dengan paru-paru besi dimulai pada tahun 1952. Dia masih berumur 6 tahun saat terinfeksi penyakit polio. Waktu itu dia tiba-tiba merasa tidak enak badan dan lehernya kaku saat bermain di luar. Kemudian dia mulai mengalami demam. Hari-hari pertama dia hanya berbaring di tempat tidur orang tuanya sambil mewarnai. Lima hari setelahnya, kondisi Paul memburuk, dia bahkan tak bisa lagi memegang krayon, berbicara, menelan bahkan batuk.
Orang tuanya kemudian membawanya ke rumah sakit khusus pasien polio. Namun saat itu rumah sakit tak bisa langsung merawatnya karena fasilitas kesehatan tersebut penuh dengan anak-anak yang sakit karena polio.
Beruntung ada dokter lain yang melihatnya. Segera setelah itu dan melakukan trakeostomi darurat sebelum mengeluarkan cairan yang menumpuk di paru-parunya.
Setelah itu, dia akhirnya menghabiskan hari-harinya di dalam paru-paru besi. Namun hal tersebut tak menghentikannya dalam menggapai mimpinya.
Sedikit demi sedikit, dia mempelajari bagaimana cara bernapas di luar alat tersebut. Beberapa tahun setelahnya, Paul akhirnya bisa bernapas tanpa ventilator walau hanya beberapa saat.
Begitu dia bisa bernapas tanpa bantuan dalam jangka waktu yang lama, dia bisa keluar dari paru-paru besi, pertama-tama berjalan ke teras dan kemudian ke halaman.
Pada usia 21, ia menjadi orang pertama yang lulus dari sekolah menengah di Dallas tanpa pernah menghadiri kelas secara langsung. Dia mengejar mimpinya menjadi pengacara pengadilan, dan mewakili klien di pengadilan dengan mengenakan setelan jas tiga potong dan kursi roda yang dimodifikasi untuk menopang tubuhnya yang lumpuh agar tetap tegak.
Sepanjang hidupnya, dia telah naik pesawat, hidup sendirian, jatuh cinta, berdoa di gereja, sampai berwisata ke pantai. Kini, di usianya yang ke 77 tahun, ia menjadi salah satu orang terakhir di dunia yang masih menggunakan paru-paru besi, dan ia hampir secara eksklusif mengandalkan paru-paru tersebut untuk bernapas.
Paul juga selamat dari wabah mematikan baru, hidup di tengah pandemi COVID-19, meski tergolong sangat rentan terhadap virus tersebut.
Dalam wawancara dengan pembuat film Mitch Summers pada tahun 2020, Paul mengatakan bahwa dia tidak pernah menyerah pada dirinya sendiri, apapun keadaannya.
"Tidak peduli dari mana Anda berasal atau apa masa lalu Anda, atau tantangan yang mungkin Anda hadapi. Anda benar-benar dapat melakukan apa saja. Anda hanya perlu memutuskannya, dan bekerja keras"