rubianto.id

7 Desember 2016

Program Imunisasi Masih Hadapi Tantangan

Program imunisasi telah berjalan sejak 1956, dimulai dengan pemberian vaksin variola (cacar). Hingga tahun ini, telah terjadi banyak perkembangan dalam program imunisasi nasional, mulai dari BCG, TT, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B, DPT/HB (kombinasi), DPT/HB/Hib, hingga IPV. 

Tahun ini, pemerintah mengupayakan adanya imunisasi Human Paphiloma Virus (HPV) gratis untuk anak usia sekolah di DKI Jakarta. Tahun depan hingga 2018, program ini juga akan dilaksanakan di dua kabupaten, di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 

Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, Dr Jane Soepardi, mengatakan, imunisasi merupakan intervensi paling hemat biaya (cost effective) untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit berbahaya. Cara ini berkontribusi dalam pencapaian tujuan keempat MDG, yaitu penurunan angka kematian anak. 

Data SDKI menunjukkan, imunisasi dapat menurunkan tingkat kematian bayi dalam 20 tahun terakhir. Pada 1991, angka kematian bayi mencapai 61:1000. Ini disebabkan oleh banyak hal, mulai dari kondisi ketika melahirkan, infeksi saluran pernapasan, diare, tetanus, difteri, pertusis, kekurangan gizi, gangguan sistem saraf, bronchitis, asma, serta infeksi dan parasit lain. Jumlah ini terus berkurang hingga perbandingan 26:1000 pada 2012. Imunisasi tradisional disebut sebagai salah satu faktor yang menyebabkan penurunan ini. 

Di Indonesia, pemberian imunisasi bersifat wajib (mandatory). Aturan ini diatur dalam UUD 1945 pasal 28B ayat 2 dan 28H ayat 1. Ada pula UU Perlindungan Anak no. 35 tahun 2014 dan UU Kesehatan no. 36 tahun 2009. Dengan adanya aturan ini semua pihak wajib mendukung terselenggaranya program imunisasi. 

Pemerintah pusat mewujudkan kepeduliannya dengan penyediaan vaksin gratis. Ini didukung oleh pemerintah daerah sebagai penyelenggara imunisasi. Bagi kalangan swasta, keikutsertaan dalam program imunisasi tidak mengikat. “Kalau masyarakat harus sadar hukum dan berperan aktif dalam imunisasi,” kata Jane.   

Indonesia pernah beberapa kali mencatat keberhasilan program imunisasi. Tepatnya pada 1980, terjadi eradikasi penyakit cacar sejak pertama kali program imunisasi diluncurkan pada 1973. Akhirnya imunisasi cacar secara resmi dihentikan. Eradikasi juga terjadi untuk penyakit polio. Sejak diluncurkan pada 1980, eradikasi baru terjadi pada 2006. Sementara, untuk tetanus maternal dan neonatal, tidak bisa mencapai eradikasi. Namun, hingga Mei 2016 Indonesia telah berada di ambang batas aman penyakit tetanus. 

Untuk dapat mengulang kesuksesan ini, pemerintah tak bisa bekerja sendiri. Di tingkat keluarga, orang tua tak boleh bosan mengantar anaknya menjalani imunisasi tepat pada waktunya. Kementrian kesehatan telah membekali setiap anak dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang digunakan di Posyandu, TPA, dan PAUD.*republika 

1 komentar:

Arsip Blog